PENGEMBARAAN SEPI TANPA KENDALI Oleh : IBG Dharma Putra

Mediapublik.com : Banjarmasin Sahabat Winardi Sethiono, bercerita tentang ketidaksetujuannya pada pola pendidikan anak yang dibiarkan seharian penuh berteman buku pelajaran dan berbagai les sehingga sejak anak sudah kehilangan waktu bermain dan potensial kehilangan daya imajinasi, kreasi dengan semua kekosongan jiwa yang berakibat buruk di masa depannya. 

Cetusan pendapat sederhana yang terlontar di sela obrolan santai, di kantor DPP APINDO pada tanggal 22 Juli 2025, sehari sebelum peringatan Hari Anak Nasional, menjadi inspirasi penulisan opini ini. 

Pendapat yang didasari oleh konsep hidupnya, yang memandang anak adalah titipan sekaligus amanah yang keberadaannya bukanlah sekedar keberadaan kecil yang harus diam agar orang tuanya bisa sibuk. Anak tidak boleh dibiarkan tumbuh sendiri tapi wajib dipandu dengan kasih, dipupuk keteladanan serta dilindungi tanggung tanggung jawab ayah bundanya. 

Dunia belum terlalu tua untuk pikun sekaligus melupakan bahwa tujuan kehidupan bukanlah gelar, harta atau jabatan tapi kepastian berbiak dengan anak anak yang tumbuh berkembang menjadi manusia mandiri dengan utuh jiwa dan raganya. Anak yang sehat, ceria yang potensial menjadi dewasa dengan kedewasaannya. 

Dengan begitu, anak tidak dititipkan pada layar komputer atau ponsel untuk bermain game agar tak mengganggu.  Dititipkan di sekolah, supaya aman selama ditinggal kerja, tetapi didampingi oleh ayah bundanya secara penuh karena orang tua yang mendapat amanah tanggung jawab atas arah hidupnya. 

Rumah dan ayah bunda adalah sekolah serta guru yang pertama sekaligus utama bagi semua anak yang dilahirkan. Mereka wajib mendapat didikan paripurna, harmoni seimbang antara istirahat, belajar dan bermain. Anak tidak boleh dibuat lelah sejak dini, sibuk tanpa jeda, tumbuh tanpa pelukan ayah bunda, 

Situasi damai penuh kasih wajib tercipta,tidak hanya sibuk berkompetisi penuh tekanan serta tantang tapi juga merasakan hangatnya waktu bersama dan kelembutan mesra tanpa tuntutan.

Jangan biarkan anak semata cas cis cus dalam berbagai bahasa asing tapi asing terhadap diri sendiri, unggul dalam teknologi tapi tak mampu mengendalikan emosi. 

Jangan biarkan kesayangan kita melakukan pengembaraan sepi tanpa kendali, sekaligus melukis  potret masa depan bangsanya. Hal tersebut bisa dimulai melalui momentum Pendidikan Dasar Gratis, mengembalikan cinta kasih sebagai arah utama pendidikan sehingga wajib ada harmoni keseriusan dan keleluasaan

Kembalikan rumah sebagai tempat bermain dan bertanya karena jawab yang jujur, benar disertai berkah ada di senyuman  bibir ayah dan bunda. 

Dengan begitu mereka tumbuh berbekal kasih, akal serta keteguhan jiwa sesuai kehendak yang menitipkannya. Anak bukan milik masa depan, tetapi masa depan itu sendiri. Selamat Hari Anak Nasional.

Banjarmasin

23072025

Posting Komentar

0 Komentar